Tahapan Dosa

Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.

Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).

Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).

Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.

Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.

Tahap 6Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin) atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hatidosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.

Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).

Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).


III. Tentang dosa yang menjadi kebiasaan
Dosa yang menjadi kebiasaan adalah merupakan tahap 6. Untuk dapat lepas dari dosa ini, dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin) akan membutuhkan waktu untuk dipatahkan dan membutuhkan rahmat Tuhan. Hanya berkat Tuhan dan kerjasama dari kita, yang dapat mengalahkannya. Alangkah baiknya kalau anda dapat mempunyai pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang sama, sehingga dia dapat membantu anda untuk mengatasi masalah ini. Habitual sin ini hanya dapat dikalahkan dengan “virtue” (kebajikan). Karena kebajikan adalah “the habit of the soul to perform good action with easiness and competent“, maka diperlukan suatu latihan untuk mengerjakan kebajikan tersebut secara berulang-ulang, sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan/habit Pada saat yang bersamaan, kita dapat minta kepada Tuhan untuk memberikan kebajikan tertentu – dalam hal ini kebajikan kemurnian – , karena hanya Tuhan yang dapat masuk ke dalam jiwa kita dan memberikan rahmat yang diperlukan untuk mendapatkan kebajikan yang kita minta. Jangan berputus asa, karena sesungguhnya kesadaran akan kesalahan itu berasal dari karya Roh Kudus yang dapat membawa seseorang kepada pertobatan dan kerendahan hati. Yang terpenting, pada saat kita gagal dan kembali pada dosa yang sama, maka secepatnya kita harus datang kepada romo untuk menerima Sakramen Tobat. Dan mulai lagi dari awal, dan jangan berputus asa.


IV. Langkah-langkah praktis untuk mengatasinya:
Kita dapat belajar dari apa yang anda telah jalankan. Retret dapat membantu seseorang untuk menyadari dosa-dosa di dalam dirinya, sehingga dia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah untuk bertobat secara sungguh-sungguh. Kekuatan rahmat Allah yang dibarengi dengan niat yang sungguh-sungguh membuat rahmat Allah menjadi berdayaguna. Namun, setelah retret, kita yang hidup dalam pekerjaan sehari-hari harus menghadapi keseharian yang sama, termasuk juga menghadapi godaan-godaan di sekitar kita. Yang menjadi masalah, ketika kita masuk dalam keseharian kita, maka kita menjadi lupa bahwa untuk menolak godaan, kita memerlukan rahmat Allah yang didapat melalui doa dan sakramen.

1. Ikutilah retret.
Kalau memungkinkan cobalah mengikuti retret lagi, sehingga anda dapat kembali mengulang saat-saat indah bersama Allah. Anda dapat juga mengikuti retret yang sama sekali lagi. Dan memang sudah seharusnya, kalau memungkinkan kita dapat mengikuti retret satu tahun sekali.

2. Menerima Sakramen Tobat secara teratur.
Baik anda dapat mengikut retret atau tidak, namun anda harus datang ke Sakramen Tobat. Pada saat menerima Pengakuan Dosa, janganlah kuatir bahwa anda akan jatuh lagi pada dosa yang sama. Yang terutama adalah anda berfokus pada belas kasih Allah dan rahmat Allah, yang dapat membantu anda untuk dapat melawan godaan, sehingga anda tidak jatuh ke dalam dosa yang sama. Kalau ada suara-suara yang mengatakan bahwa percuma anda menerima Sakramen Tobat, karena nanti akan berdosa lagi, buanglah jauh-jauh suara-suara tersebut. Berfokuslah pada belas kasih Allah dan berusahalah untuk tidak jatuh pada dosa yang sama lagi, karena tidak mau menyedihkan hati Allah. Kalau memungkinkan, anda dapat mengaku dosa kepada pastor yang sama, sehingga pastor tersebut tahu secara persis kelemahan anda dan juga perjuangan anda dalam melawan dosa ini. Pastor tersebut juga dapat menjadi pembimbing rohani anda (spiritual director).

3. Bertekunlah dalam Firman Tuhan.
Kita tahu bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Dengan semakin mendalami Firman Tuhan, maka kita akan semakin tahu apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan dapat menegur dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bertumbuh dalam kekudusan. Anda dapat mengikuti bacaan berdasarkan kalendar liturgi Gereja Katolik, seperti dalam buku: ruah, mutiara iman, dll.

4. Bertekunlah dalam doa dan sakramen.
Doa memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk dapat menghadapi godaan-godaan yang terjadi dalam kehidupan kita. Kalau penyembahan yang tertinggi adalah Sakramen Ekaristi, maka sudah seharusnya kita harus menerima Kristus dalam Sakramen ini sesering mungkin. Oleh karena itu, kalau memungkinkan ikutilah misa harian.

5. Cobalah untuk berlatih kebajikan kemurnian.
Latihan ini memerlukan rahmat Tuhan dan ketekunan kita. Ini berarti setiap hari, kita mohon rahmat Tuhan agar diberikan kemurnian. Kemurnian hati ini sangat penting, karena Kristus menekankan bahwa “berbahagialah yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mt. 5:8). Latihan ini juga memerlukan kedisiplinan untuk melakukan pemeriksaan batin setiap hari. Cobalah melihat apakah pada hari ini, ada kebajikan kemurnian yang telah dilanggar, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan?

6. Melawan ketika godaan masih kecil.
Kita harus menyadari bahwa diri kita pada dasarnya adalah lemah. Oleh karena itu, godaan yang dapat kita lawan adalah godaan-godaan yang masih dalam skala yang kecil. Ketika godaan masih kecil, maka akan lebih mudah kita melawannya dan menyingkirkannya. Kalau kita tidak menghentikan godaan ini sedari kecil, maka akan sangat sulit kalau godaan tersebut telah begitu besar.

7. Hindari kesempatan berbuat dosa.
Kadangkala godaan yang kecil sekalipun sulit kita hindari. Jangan pernah sombong dengan kekuatan kehidupan spiritualitas kita. Karena ketika kita sombong akan kehidupan spiritualitas kita, maka pada saat itulah kita lemah. Oleh karena itu, cara paling aman, jauhilah dan larilah dari hal-hal yang membuat kita berdosa. Dalam terapi pasien yang menggunakan obat-obatan maupun pemabuk, salah satu cara adalah menghindari semua hal-hal yang berbau obat-obatan maupun minuman keras, termasuk tempat, kehidupan malam, teman-teman, dll. Jadi, anda yang paling tahu kondisi anda. Amatilah dan renungkanlah, bagaimana anda dapat jatuh lagi? pada kesempatan seperti apa? urutkan kejadiannya, sehingga anda tahu bahwa kalau anda menghindari kejadian tersebut, maka anda tidak terjebak pada dosa yang sama. Sebagai contoh, kalau menggunakan facebook membuat anda terjebak pada teman-teman yang dulu, yang menggoda untuk melakukan dosa yang sama, maka anda harus menghapus account facebook dan mulailah untuk berteman dengan teman-teman yang nyata. Kalau yang membuat anda jatuh adalah aktifitas berinternet, cobalah untuk mengurangi aktifitas ini. Atau, kalaupun anda harus melakukan aktifitas berinternet, jangan melakukannya di kamar tidur, namun lakukan di tempat-tempat yang ada anggota keluarga, saudara maupun teman.

8. Bergabung dalam komunitas.
Komunitas dapat membantu kehidupan spiritualitas seseorang. Dengan berkumpul bersama-sama dengan orang-orang yang mempunyai spiritualitas yang baik, maka spiritualitas kita juga akan terbangun. Anda dapat mengikuti Legio Maria, kelompok devosi kerahiman ilahi, kelompok pendalaman Alkitab, kelompok doa karismatik, doa meditasi, dll.

Dihimpun oleh Bernard B T

-----------------------------------------------------------------------

Dari buku  Bernard Haring, SIN IN THE SECULAR AGE.
 
Haring membahas tentang perlunya peralihan konsep dosa; sebab pemahaman yang keliru tentang dosa bisa mengganggu atau merusak gambaran tentang Allah yang adil dan berbelaskasih.
Kritik dari kaum ateis tentang relevansi agama untuk orang modern jadi salah satu bahan pembahasan.

Peralihan:
1. dari ketidaktaatan terhadap otoritas Gereja (klaim tentang dosa berat/maut, dosa ringan, dsb; bdk Jansenistic rigorism) kepada ketaatan terhadap otonomi moral pribadi 

2. dari konsep dosa dalam kaitan dengan sanksi dan kontrol ke dosa dalam konteks pedagogi dan perkembangan kepribadian;

3. pada kebebasan beragama dan kebebasan suara hati,
4. dari konsep keselamatan pribadi (seperti gagal puasa pada hari Jumat, terlambat ke Gereja, dsb) ke keselamatan dalam solidaritas dengan orang lain (tanggung jawab sosial, dengan orang lain)

Haring dengan terbuka mengangkat tantangan hidden atheism dalam diri orang Kristen di jaman ini, juga dalam prasangka/prejudice dalam institusi dan struktur Gereja sendiri.

Kritik dan tantangan ini,
Membuat kita lebih berhati-hati mengajukan norma-aturan manusia dan daftar dosa ATAS NAMA ALLAH, atas nama HUKUM ILAHI (perang atas nama Allah, dalam sejarah Gereja, serta penyiksaan dan pembantaian pada mereka yang dianggap heretik pada masa lalu) terlebih dalam bidang-bidang kehidupan di luar jangkauan otoritas Gereja.
Haring menyebutnya sebagai serious sin against holliness of God.  
Pada bagian akhir Haring mengambil contoh tentang perayaan Ekaristi, pemahaman yang keliru tentang dosa menghantar orang pada keyakinan yang keliru: saya mengikuti perayaan Ekaristi karena takut masuk neraka, takut berdosa, takut dihukum; bukannya mengikuti perayaan Ekaristi atas kebebasan pribadi untuk merayakan kehidupan, pertobatan dan perjumpaan dengan Allah dan sesama.  

Catatan: Dundee Dian