Bahan BKSN 2012 - Paroki Bintaran Yogyakarta
~ 1 ~
Pengantar
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dimulai untuk pertama kalinya pada tahun 1975-1976. Selama 35 tahun banyak tema telah diolah untuk semakin menumbuhkan dan mengembangkan kecintaan umat pada Kitab Suci. Tahun 2011 yang lalu, kita diajak mendengarkan dan merenungkan perumpamaan-perumpamaan Yesus. Tahun ini, kita diajak mendengarkan dan merenungkan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan-Nya.
Dalam karya Yesus, antara perumpamaan dan mukjizat memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya menjadi unsur pokok dari karya publik Yesus. Perumpamaan merupakan bagian dari Sabda-sabda-Nya sedangkan mukjizat merupakan bagian dari karya-karya-Nya. Oleh karena itu, kiranya amat tepat kalau setelah tahun lalu kita membahas perumpamaan Yesus, kali ini kita membahas mukjizat-mukjizat-Nya.
Untuk membantu umat dalam melaksanakan BKSN ini, disediakan 3 bahan, yaitu: Lectio Divina, Gagasan Pendukung, dan Bahan Pertemuan Lingkungan. Bahan tentang Lectio Divina dan Gagasan Pendukung silakan dipakai sebagai bacaan rohani dan tidak perlu dibicarakan dalam pertemuan lingkungan. Bahan yang dibicarakan dalam pertemuan lingkungan cukup bahan-bahan pertemuan I – IV saja, meskipun dijadikan satu dengan Gagasan Pendukung.
Bahan mengenai Gagasan Pendukung dan Pertemuan Lingkungan ini kami olah seperlunya berdasarkan bahan yang dibuat oleh Komisi Kitab Suci. Semoga, dengan pengolahan seperlunya ini, umat lebih terbantu untuk memahami dan merenungkan teks-teks yang dipilih menjadi bahan pertemuan sehingga semakin dapat merasakan dan mengalami pula mukjizat-mukjizat Tuhan bagi kita masing-masing. Harapannya, iman kita semakin diperdalam dan diperteguh.
Yogyakarta, 15 Agustus 2012
HR. Santa Maria Diangkat ke Surga
Tim Pewartaan Paroki Bintaran
~ 2 ~
1. Mukjizat Yesus dalam Kitab Suci
Kalau kita membaca Injil, kita akan menemukan banyak kisah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Kalau dirinci, mukjizat-mukjizat Yesus yang dikisahkan Injil tampak dalam daftar berikut ini:
dalam Injil Matius
1) Menyembuhkan orang sakit kusta (Mat 8:1-4)
2) Menyembuhkan hamba perwira (Mat 8:5-13)
3) Menyembuhkan ibu mertua Petrus dan lain-lain (Mat 8:14-17)
4) Meredakan angin ribut (Mat 8:23-27)
5) Menyembuhkan dua orang kerasukan (Mat 8:28-34)
6) Menyembuhkan orang lumpuh (Mat 9:1-8)
7) Menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan (Mat 9:18-26)
8) Menyembuhkan dua orang buta (Mat 9:27-31)
9) Menyembuhkan seorang bisu (Mat 9:32-34)
10) Menyembuhkan orang pada hari Sabat (Mat 12:9-15a)
11) Menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (Mat 12:9-15a)
12) Memberi makan lima ribu orang (Mat 14:13-21)
13) Berjalan di atas air (Mat 14:22-33)
14) Menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Mat 14:34-36)
15) Menyembuhkan anak dari seorang perempuan Kanaan (Mat 15:22-28)
16) Menyembuhkan banyak orang sakit (Mat 15:29-31)
17) Memberi makan empat ribu orang (Mat 15:32-39)
18) Menyembuhkan seorang anak muda yang ayan (Mat 17:14-18)
19) Membayar bea untuk Bait Allah (Mat 17:27)
20) Menyembuhkan dua orang buta (Mat 20:29-34)
21) Mengutuk pohon ara (Mat 21:18-19)
dalam Injil Markus
1) Mengusir roh jahat di Kapernaum (Mrk 1:23-28)
2) Menyembuhkan ibu mertua Petrus dan lain-lain (Mrk 1:29-34)
3) Menyembuhkan orang lumpuh (Mrk 2:1-12)
4) Menyembuhkan orang pada hari Sabat (Mrk 3:1-6)
5) Menyembuhkan banyak orang (Mrk 3:7-12)
6) Meredakan angin ribut (Mrk 4:35-41)
~ 3 ~
7) Mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Mrk 5:1-20)
8) Membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Mrk 5:21-43)
9) Memberi makan lima ribu orang (Mrk 6:30-44)
10) Berjalan di atas air (Mrk 6:45-52)
11) Menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Mrk 6:45-52)
12) Menyembuhkan seorang tuli (Mrk 7:31-37)
13) Memberi makan empat ribu orang (Mrk 8:1-10)
14) Menyembuhkan seorang buta di Betsaida (Mrk 8:22-26)
15) Mengusir roh dari seorang anak yang bisu (Mrk 9:14-29)
16) Menyembuhkan Bartimeus (Mrk 10:46-52)
dalam Injil Lukas
1) Menyembuhkan ibu mertua Petrus dan lain-lain (Luk 4:38-41)
2) Menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Luk 5:12-16)
3) Menyembuhkan orang lumpuh (Luk 5:17-26)
4) Menyembuhkan orang pada hari Sabat (Luk 6:6-11)
5) Menyembuhkan hamba seorang perwira (Luk 7:1-10)
6) Membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17)
7) Meredakan angin ribut (Luk 8:22-25)
8) Mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Luk 8:26-39)
9) Membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Luk 8:40-56)
10) Memberi makan lima ribu orang (Luk 9:10-17)
11) Mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Luk 9:37-43a)
12) Menyembuhkan perempuan bungkuk yang dirasuk roh (Luk 13:10-17)
13) Menyembuhkan orang yang sakit busung air (Luk 14:1-6)
14) Menyembuhkan sepuluh orang kusta (Luk 17:11-19)
15) Menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Luk 18:35-43)
16) Menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Luk 22:50-51)
dalam Injil Yohanes
1) Mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-10)
2) Menyembuhkan anak seorang pegawai istana (Yoh 4:46-53)
3) Menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda (Yoh 5:1-9)
4) Memelekkan mata seorang yang buta sejak lahir (Yoh 9:1-12)
~ 4 ~
5) Membangkitkan Lazarus dari kematian (Yoh 11:38)
6) Memberikan hasil tangkapan ikan yang luar biasa (Yoh 21:4-6)
Selain yang terdapat dalam daftar di atas, Yesus masih membuat mukjizat-mukjizat lain, yang oleh Injil tidak diceritakan sebagai kisah tetapi hanya disebut begitu saja. Misalnya, di antara para ibu yang mengikuti Yesus, ada seorang yang oleh Lukas disebut demikian, “Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat” (Luk 8:2 bdk. Mrk 16:9). Tampaknya atas diri Maria Magdalena pernah terjadi mukjizat pengusiran setan. Masih ada lagi informasi mengenai mukjizat Yesus seperti ini:
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. Lalu tersebarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka” (Mat 4:22-23).
Dari teks seperti ini, kita hanya tahu bahwa mukjizat terjadi. Tetapi, kita sama sekali tidak tahu berapa kali mukjizat Yesus terjadi, mukjizat apa yang terjadi, atau bagaimana mukjizat itu terjadi.
Yesus sendiri menegaskan bahwa mukjizat-mukjizat-Nya itu, kalau dirangkum merupakan tindakan-tindakan-Nya yang membuat, “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22 bdk. Mat 11:4-5). Semuanya itu dilakukan melalui Karya dan Sabda -Nya. Sebab, “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan seluruh bangsa kami” (Luk 24:9.
Memperhatikan begitu banyaknya mukjizat yang dibuat oleh Yesus, tampaknya kita perlu menyimpulkan bahwa karya mukjizat bukanlah pekerjaan sampingan saja. Mukjizat Yesus merupakan bagian integral dari seluruh karya pelayanan publik-Nya. Jika demikian, kita bisa bertanya: apa sebenarnya tugas utama yang mesti dilaksanakan oleh Yesus?
~ 5 ~
2. Misi Utama Yesus: Mewartakan Kerajaan Allah
Dalam penampilan perdana-Nya di depan publik, Yesus mengatakan, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Biasanya, kata-kata yang pertama kali diucapkan seorang tokoh menunjukkan sesuatu yang penting bagi tokoh tersebut. Kalau demikian, menurut Markus, Yesus mempunyai misi utama untuk mewartakan Kerajaan Allah karena kata-kata inilah yang diucapkan pertama kalinya saat Ia tampil di depan publik.
Di tempat lain, ketika Yesus menyingkir ke tempat yang sunyi dan orang banyak datang mencari Dia serta berusaha menahan-Nya agar tidak meninggalkan mereka, Yesus menjawab, “Di kota-kota lain juga Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus” (Luk 4:42-43). Memperhatikan rumusan ini, kelihatan bahwa Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Sekarang, apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah itu? Dan, bagaimana Yesus melaksanakan tugas perutusan-Nya ini?
2.1. Arti Kerajaan Allah
Markus dan Lukas biasa menggunakan istilah Kerajaan Allah. Sementara itu, Matius seringkali menggunakan istilah Kerajaan Surga. Keduanya menunjuk hal yang sama.
Dalam karya publik-Nya, Yesus berulangkali bicara tentang Kerajaan Allah, yang merupakan inti pewartaan-Nya. Namun, semuanya itu disampaikan dalam perumpamaan. “Kerajaan Surga itu seumpama ...” Tidak satu kali pun Yesus pernah menjelaskan apa itu Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah. Sebab, “Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka” (Mat 13:34).
Kalau ditelusuri dari Perjanjian Lama, istilah persis, “Kerajaan Allah” memang tidak terdapat dalam Perjanjian Lama. Yang ada hanya ungkapan-ungkapan yang menunjuk bahwa “Allah meraja” atas umat-Nya. Tampaknya pada periode tertentu dalam sejarah bangsa Israel, terjadi perubahan dalam cara menyebut Allah yang berkarya. Penyebutan langsung nama Allah dihindarkan. Maka, istilah “Allah
~ 6 ~
meraja” (Kel 15:18; Yes 24:23; 52:7; Yeh 20:33) diganti menjadi Kerajaan Allah, yang artinya sebenarnya sama saja. Kerajaan Allah menunjuk pada suasana di mana Allah meraja. Ia hadir, memimpin, ngayomi, dan menjamin kehidupan serta keselamatan umat-Nya.
Oleh karena itu, kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah, berarti Ia merwartakan bahwa Allah hadir dan meraja. Allah memimpin, ngayomi dan menjamin kehidupan serta keselamatan umat-Nya.
2.2. Bagaimana Yesus mewartakan Kerajaan Allah?
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui perkataan (sabda) dan tindakan (karya) yang dilakukan-Nya. Salah satu kisah yang bisa kita pakai sebagai dasar adalah peristiwa Yesus mengusir setan dan dituduh “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, pemimpin setan” (Luk 11:15 bdk. 11:28; Mat 12:24; Mrk 3:22). Tindakan/karya Yesus jelas, yakni Ia mengusir setan dan menyembuhkan orang yang kerasukan setan itu dari kebisuan dan ketulian. Namun, tanpa sabda yang menjelaskannya, orang tidak tahu dari mana asal kuasa Yesus dan apa maksud tindakan/karya-Nya itu. Maka, Yesus kemudian menjelaskan, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20 bdk. Mat 12:28).
Dengan kata-kata/sabda itu, Yesus menegaskan dua hal. Pertama, kuasa yang memampukan Yesus mengusir setan bukanlah kuasa Beelzebul, melainkan kuasa Allah sendiri. Dengan sabda-Nya ini, kita tahu bahwa tindakan Yesus itu menghadirkan Allah yang berkuasa membebaskan orang dari roh jahat. Sebaliknya, jika Yesus hanya berkata-kata saja, tanpa tindakan nyata mengusir setan dan menyembuhkan orang tersebut, kata-kata Yesus hanya dianggap omong kosong belaka. Maka, keduanya saling melengkapi: tindakan meneguhkan perkataan; kata-kata menerangkan tindakan-Nya.
Yang kedua sabda Yesus tersebut juga menegaskan bahwa tindakan pengusiran setan ini merupakan tanda hadirnya Kerajaan Allah. Artinya, Allah hadir dan meraja sehingga kejahatan dikalahkan. Yesus tidak hanya datang untuk mewartakan Kerajaan Allah, tetapi juga menghadirkan Kerajaan Allah melalui tindakan-Nya.
~ 7 ~
Sebagai rangkuman, dapat dikatakan demikian: tindakan-tindakan Yesus yang menakjubkan, yang dalam hal ini kita sebut sebagai mukjizat, memainkan peranan integral dalam seluruh karya pelayanan Yesus. Mukjizat itu meneguhkan sabda yang disampaikan Yesus kepada banyak orang. Mukjizat itu juga sekaligus menjadi tanda datangnya Kerajaan Allah yang mengalahkan kuasa kejahatan yang menyengsarakan manusia.
3. Mukjizat dan Pengelompokannya
Dari Injil kita mengetahui bahwa Yesus melakukan berbagai macam mukjizat. Karena kisahnya terlalu bervariasi, tidak mudah untuk menentukan jenis mukjizat macam apa yang secara konkret dibuat oleh Yesus.1 Secara umum mukjizat Yesus dapat dimasukkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu: a) Pengusiran setan, b) Penyembuhan, c) Menghidupkan orang mati, dan d) Mukjizat alam.
3.1. Mukjizat Pengusiran Setan
Gagasan bahwa roh jahat bisa mengganggu manusia baik dari luar maupun dari dalam (kerasukan setan) sebenarnya merupakan gagasan yang berkembang luas di mana-mana. Bahkan sampai saat ini, kita masih sering mendengar kisah-kisah orang atau anak-anak sekolah yang kerasukan setan. Dalam Injil, terdapat beberapa kisah mukjizat pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus. Misalnya:
1) Pengusiran roh jahat di rumah ibadat Kapernaum (Mrk 1:21-28; Luk 4:33-37)
2) Pengusiran roh jahat dari orang Gerasa (Mrk 5:1-20 et par)
3) Pengusiran roh dari seorang anak yang bisu (Mrk 9:14-29 et par)
4) Penyembuhan orang bisu yang kerasukan setan (Mat 9:32-34)
5) Penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan setan (Mat 12:22-23; Luk 11:14)
1 Kendati para ahli tidak selalu sepakat, rasanya kita bisa mengikuti pengelompokkan mukjizat Yesus yang diusulkan oleh Joseph A. Fitzmyer, SJ CA Christological Catechism, 34).
~ 8 ~
6) Pembebasan Maria Magdalena dari tujuh roh jahat ( Luk 8:2)
7) Peyembuhan anak seorang perempuan Siro-Fenisia yang kerasukan setan (Mrk 7:24-30; Mat 15:21-28)
Dalam mengusir roh jahat atau setan, Yesus tidak menggunakan teknik-teknik tertentu yang lazim dipergunakan waktu itu. Dia tidak berdoa, tidak melakukan gerak-gerik tertentu, tidak mengucapkan mantera tertentu, dan tidak menggunakan benda-benda tertentu. Yesus juga tidak mengusir setan atas nama seseorang seperti yang dilakukan orang lain (lihat misalnya Kis. 16:18; 19:13). Yang dibuat Yesus hanyalah membentak, menegor dengan keras, dan mengusir setan atau roh jahat yang merasuki seseorang.
Pengusiran setan menjadi bagian integral dari seluruh karya pelayanan Yesus yang menyatakan bahwa Allah hadir dan meraja untuk membebaskan bangsa Israel dari segala penyakit dan kekuatan jahat yang mengakibatkan penderitaan. Hal ini ditegaskan oleh Yesus sendiri, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat 19:28).
3.2. Mukjizat Penyembuhan
Mukjizat penyembuhan termasuk karya Yesus yang mempunyai banyak variasi. Kita bisa menggolongkannya sebagai berikut:
1) Ada 4 atau 5 kisah mukjizat penyembuhan orang lumpuh (Mrk 2:1-12; Yoh 5:1-9; Mat 8:5-13), orang yang tangannya mati sebelah (Mrk 3:1-6); perempuan yang bungkuk punggungnya (Luk 13:10-17).
2) Ada 3 kisah yang bersangkut-paut dengan penyembuhan orang buta (Mrk 10:46-52; Mrk 8:22-26; Yoh 9:1-47).
3) Ada 2 kisah penyembuhan orang kusta (Mrk 1:40-45 et par; Luk 17:11-19).
4) Ada beberapa kasus yang hanya terjadi sekali: penyembuhan ibu mertua Petrus (Mrk 1:29-31 et par); perempuan yang sakit pendarahan (Mrk 5:24-34); seorang yang sakit busung air (Luk 14:1-6); seorang yang tuli dan gagap (Mrk 7:31-37); hamba Imam Besar yang telinganya disembuhkan (Luk 22:49-51).
~ 9 ~
Kalau kita memperhatikan banyaknya mukjizat penyembuhan yang dibuat Yesus dan ternyata kisah-kisah itu sebenarnya berasal dari tradisi yang berbeda-beda, dapat dipastikan bahwa Yesus memang melakukan mukjizat penyembuhan bagi orang yang menderita sakit.
3.3. Mukjizat menghidupkan orang mati
Peristiwa penyembuhkan orang sakit saja sudah membuat heboh banyak orang, apalagi menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Dalam Injil, memang hanya ada 3 kisah yang menceritakan Yesus membangkitkan orang mati:
1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Mrk 5:21-43 et par);
2) Yesus membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17);
3) Yesus membangkitkan Lazarus (Yoh 11:1-46).
Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa cerita tentang seorang tokoh yang membangkitkan orang mati. Misalnya, Elia dan Elisa (1 Raj. 17:17-24; 2Raj. 4:18-37; bdk. 2Raj. 13,-20-21). Dengan demikian, meskipun jumlahnya sedikit, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kisah penyembuhan dan pengusiran setan, kisah pembangkitan orang mati ternyata juga ada dan beredar. Maka, tradisi Kristiani awal yang mendengar atau mengisahkan peristiwa Yesus membuat mukjizat membangkitkan orang mati sebenarnya tidak mendengar sesuatu yang asing dan sama sekali belum pernah didengar sebelumnya.
Mukjizat kebangkitan orang mati menegaskan bahwa mereka yang tadinya sudah mati, dihidupkan kembali. Anak Yairus yang dibangkitkan kemudian “berdiri dan berjalan” lalu “makan” (Mrk 5:42.43). Anak janda dari Nain, setelah dibangkitkan, “duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya” (Luk 7:15). Lazarus keluar dari kubur dengan, “kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh” (Yoh 11:44). Jika diperhatikan, ketiga kisah mukjizat membangkitkan orang mati mempunyai unsur-unsur yang sama:
1) Yesus bertemu dengan orang yang kehilangan anak/saudara
2) Yesus berkata atau bertindak untuk membangkitkan orang yang sudah mati itu
3) Reaksi dari orang yang mengamati.
~ 10 ~
Kalau kita mengamati struktur kisah ini, kita melihat bahwa sebenarnya kisah ini lebih mirip dengan mukjizat penyembuhan orang sakit. Maka, bisa dikatakan bahwa mukjizat pembangkitan orang mati lebih berkaitan dengan kehidupan fisik di dunia ini. Orang yang sudah mati, „disembuhkan‟ dari „penyakit‟ terakhir, yaitu kematian, kemudian dikembalikan ke kehidupan sebelumnya.
3.4. Mukjizat Alam
Sebutan „mukjizat alam‟ terlalu umum dan tidak bisa menunjukkan ciri-ciri khusus dari masing-masing mukjizat ini. Kisah-kisah ini tidak mempunyai struktur yang jelas seperti misalnya yang terdapat dalam kisah-kisah penyembuhan (lih. kisah pembangkitan orang mati di atas). Entah karena alasan apa, tiba-tiba saja Yesus berjalan di atas air (lih. Mrk 6:45-52 bdk. Yoh 6:16-21). Demikian juga kisah Yesus yang mengutuk pohon ara, rasanya tidak ada alasan mendesak yang memaksa Yesus harus berbuat demikian (Mrk 11:12-14.20-21). Kita juga bisa bertanya, sebenarnya tindakan apa yang mengakibatkan sebuah mukjizat alam terjadi? Dalam ketiga mukjizat lainnya, hal ini cukup kentara, misalnya Yesus menghardik roh jahat, atau memerintahkan si lumpuh untuk bangkit, atau yang lain. Tetapi, di dalam kisah mukjizat alam? Apa yang menyebabkan terjadinya mukjizat pergandaan roti? Apakah pada saat Yesus „menengadah ke langit dan mengucap berkat” (misalnya Mrk 6:41)?
Kita tidak perlu memasuki diskusi semacam ini, kita langsung saja melihat secara lebih mendetil mukjizat apa yang biasanya digolongkan dengan „mukjizat alam‟ ini.
3.4.1. Mukjizat Pemberian. Termasuk dalam kategori ini adalah kisah di mana benda atau hal-hal tertentu tersedia dengan cara yang amat menakjubkan. Misalnya, kisah pergandaan roti (Mrk 6:30-44 dsb.) dan kisah perkawinan di Kana ketika Yesus mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-11).
3.4.2. Mukjizat Penampakan Tuhan. Dalam mukjizat ini keilahian seorang pribadi tampak dengan jelas. Satu-satunya mukjizat yang masuk dalam kategori ini adalah kisah Yesus yang berjalan di atas air (Mrk 6:45-52 bdk. Yoh 6:16-21).
~ 11 ~
3.4.3. Mukjizat Penye1amatan. Kisah ini menceritakan penyelamatan, misalnya dari angin badai yang mengamuk. Satu-satunya contoh untuk mukjizat jenis ini adalah kisah Yesus yang menenangkan angin ribut (Mrk 4:35-41; Mat 8:23-27; Luk 8:22-25).
3.4.4. Mukjizat Kutukan. Dengan kata-kata-Nya, Yesus menyebabkan terjadinya kerusakan atau sesuatu yang merugikan. Satu-satunya contoh dari pengalaman Yesus adalah ketika la mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk 11:12-14.20-21; Mat 21:18-22).
Kalau kita mengamati kisah-kisah yang tersaji di atas, tampak bahwa setiap kisah hanya muncul sekali di dalam Injil. Hanya dua kisah saja yang diceritakan dua kali dalam tradisi yang berbeda, yaitu kisah Yesus yang berjalan di atas air (Yoh 6:16-21; Mrk 6:4-52) dan kisah penggandaan roti (Mrk 6:30-44 dsb; Yoh 6:1-15). Berkaitan dengan mukjizat Yesus, persis dua mukjizat ini yang menghubungkan tradisi sinoptik dengan tradisi Yohanes.
***
Demikianlah, mukjizat-mukjizat Yesus sebagaimana diceritakan dalam Injil bisa dikategorikan ke dalam empat golongan besar. Dua catatan penting kiranya bisa disampaikan di sini.
Pertama, antara mukjizat pengusiran roh jahat, penyembuhan dan pembangkitan orang mati, mempunyai kesamaan fundamental. Ketiga mukjizat itu sebenarnya bisa dikategorikan sebagai mukjizat penyembuhan atau penyelamatan. Bagaimanapun, kisah-kisah itu menunjukkan bahwa orang diselamatkan atau disembuhkan entah dari setan atau roh jahat, dari penyakit, atau dari kematian. Sementara itu, mukjizat alam tidak mempunyai keseragaman apa pun yang bisa mempersatukan. Kisah-kisah ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang satu sama lain berbeda sama sekali.
Kedua, dalam Injil kita menemukan banyak kisah mukjizat yang termasuk dalam tiga kategori pertama (pengusiran roh jahat, penyembuhan dan pembangkitan orang mati). Sementara „mukjizat alam‟ hanya ditemukan masing-masing sekali saja. Hal ini tentu saja menyulitkan bagi mereka yang mau menyelidiki historisitasnya.
~ 12 ~
4. Mukjizat pada masa kini
Sebagaimana sudah tersirat di sana sini, kisah-kisah mukjizat menimbulkan pertanyaan dalam diri banyak orang, khususnya manusia modern yang merasa diri sudah mempunyai jawaban atas segala persoalan hidup. Karena itu, sebelum kita melanjutkan perbincangan tentang mukjizat dalam kerangka Bulan Kitab Suci Nasional, sedikit kita singgung soal bagaimana pada zaman ini mukjizat bisa dipahami. Sebagian besar uraian tentang mukjizat di bawah ini diolah dari tulisan John P. Meier, Marginal Jew II, Vol II: Mentor; Message, and Miracle, hlm. 509-1038.
4.1. Apakah Mukjizat itu Mungkin?
Tindakan atau karya Yesus, khususnya mukjizat yang dibuat-Nya seringkali menimbulkan persoalan besar di dunia modern. Aneka pertanyaan bisa diajukan. Apakah mukjizat bisa terjadi? Apakah mukjizat itu memang terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi dengan peristiwa yang biasa dianggap sebagai mukjizat? Apakah Allah turut campur tangan dalam sejarah manusia dengan cara yang begitu istimewa? Apakah orang modern dengan semua informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki masih dapat percaya adanya mukjizat? Bagaimana orang-orang zaman sekarang bisa memahami mukjizat itu?
Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kata ini secara tidak disadari sering kita pakai. Seorang mahasiswa yang lulus ujian meskipun ia kurang belajar dan merasa tidak bisa mengerjakan soal-soal dengan baik, bisa saja mengatakan, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Seorang yang mengalami kecelakaan mengerikan tetapi ternyata ia tidak cedera, mungkin juga akan berkomentar, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Seorang yang berulang kali terkena stroke tetapi tetap bisa pulih seperti sediakala, barangkali juga akan menyatakan, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Tetapi, apa itu sebuah mukjizat?
Kita ambil contoh kasus penyembuhan yang terjadi di Lourdes, Perancis. Di tempat Bunda Maria menampakkan diri kepada seorang gadis kecil bernama Bernadette Soubirous pada tahun 1858, banyak orang mengatakan bahwa dirinya disembuhkan. Pengakuan orang yang merasa disembuhkan ini kemudian diteliti oleh sebuah panitia di
~ 13 ~
Lourdes yang disebut Lourdes Medical Bureau yang terdiri dari para dokter dari berbagai spesialisasi, baik orang beriman maupun bukan orang beriman. Panitia ini bertugas meneliti kasus-kasus yang diajukan dan kemudian menilai apakah kesembuhan yang terjadi memang tidak bisa dijelaskan secara medis.
Jika memang panitia menilai demikian, kasus ini diserahkan kepada sebuah komisi yang disebut International Lourdes Medical Committee yang berkedudukan di Paris, yang terdiri dari para ahli medis yang berpengalaman dari berbagai keyakinan. Mereka harus membuat penelitian lebih lanjut tentang kasus yang diajukan. Setelah penelitian yang berlangsung ± 5-10 tahun, barulah komisi ini bisa menyatakan bahwa penyembuhan ini secara medis tidak bisa diterangkan.
Setelah itu, kasus tersebut dibawa kepada otoritas gerejawi di mana orang yang disembuhkan tinggal. Selanjutnya, Uskup membentuk sebuah komisi keuskupan yang terdiri dari pada imam, para ahli hukum Gereja dan teologi untuk menyelidiki peristiwa ini. Komisi inilah yang akhirnya, setelah berkonsultasi dengan Tahta Suci, menyatakan bahwa penyembuhan itu memang sebuah mukjizat, “sebuah tanda dari Allah sendiri.” Sejak tahun 1858 sampai sekarang ini, ada sekitar 7.000 kasus yang masuk kategori „secara medis tidak dapat diterangkan‟.
Bagi orang beriman Kristiani, kesembuhan yang „secara medis tidak dapat diterangkan‟ ini, disebut sebagai mukjizat. Sementara itu, bagi orang yang tidak beriman, cukup dikatakan sebagai kesembuhan yang „secara medis tidak dapat diterangkan‟. Jadi, mukjizat itu merupakan istilah teologis bagi orang beriman yang percaya akan campur tangan dan karya Tuhan yang menakjubkan. Bagi orang beriman, mukjizat itu mungkin terjadi.
4.2. Keaslian mukjizat Yesus
Penyembuhan di Lourdes yang terjadi pada zaman kita menunjukan bahwa hal yang sama bisa saja terjadi di masa lalu. Maka, kita meyakini bahwa mukjizat-mukjizat Yesus sebagaimana tercantum dalam Injil bisa mempunyai dasar historis. Yang jelas, dalam Injil kita menemukan tidak hanya satu tetapi cukup banyak kisah mukjizat.
~ 14 ~
Mungkin kita tidak bisa sampai pada kepastian 100%, tetapi ada beberapa kriteria yang bisa dan biasa digunakan untuk menduga historisitas sebuah kisah atau sebuah pernyataan dari Yesus. Sekurang-kurangnya ada 4 kriteria yang bisa diajukan:
4.2.1. Kisah mukjizat berasal dari sumber yang berbeda dan dalam bentuk yang berbeda-beda pula.
Dalam Injil kita menemukan bahwa kisah-kisah mukjizat itu berasal dari berbagai tradisi yang berbeda. Keempat Injil memiliki beberapa sumber, yakni Markus (Mrk), sebagai Injil tertua; Quelle (Q) yang artinya sumber; dan sumber khas masing-masing, yakni Matius (M) dan Lukas (L). Singkatnya, Injil Markus itu bersumber dari Mrk sendiri; Injil Matius merupakan gabungan dari Mrk, Q dan M; Injil Lukas merupakan ramuan dari Mrk, Q dan L. Sementara itu, Injil Yohanes mempunyai sumber sendiri dari tradisi Yohanes. Jadi, tradisi-tradisi yang berada di balik keempat injil adalah tradisi Mrk, tradisi Q, tradisi M, tradisi L, dan tradisi Yohanes. Dalam hal ini, kisah-kisah mukjizat Yesus ternyata ditemukan di semua tradisi itu.
Selain itu, rujukan atas mukjizat Yesus tidak hanya berupa kisah, tetapi juga berupa pernyataan seperti misalnya ketika Yesus menjawab utusan Yohanes yang datang kepada-Nya. “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan” (Mat 11:4-5). Di sini tidak ada kisah, yang ada hanya pernyataan (bdk. juga misalnya Mat 12:27).
Pendek kata, dengan kriteria pertama ini bisa dikatakan bahwa selama hidup-Nya Yesus memang pemah melakukan sesuatu yang oleh diri-Nya sendiri dan juga orang lain dianggap sebagai mukjizat.
4.2.2. Kisah-kisah mukjizat itu mempunyai kesesuaian dengan keseluruhan misi Yesus.
Dalam mukjizat pengusiran setan, Yesus menegaskan bahwa, “jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Luk 11:20). Di sini, mukjizat yang dibuat-Nya sesuai dengan misi pokok-Nya, yaitu mewartakan Kerajaan Allah.
~ 15 ~
Demikian juga mukjizat penyembuhan, yang dijelaskan, misalnya, dalam jawaban Yesus kepada Yohanes, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan” (Mat 11:4-5). Dengan itu mau dikatakan bahwa penyembuhan yang terjadi merupakan pemenuhan dari nubuat Yesaya tentang kedatangan keselamatan definitif bagi Israel. Jadi ada kesesuaian antara peryataan dan tindakan Yesus sebagaimana dikisahkan oleh tradisi-tradisi injil yang ada.
4.2.3. Kisah-kisah mukjizat Yesus sifatnya khas.
Dalam tradisi Yahudi dan Greko-Romawi (Yunani dan Romawi), pada waktu itu banyak beredar kisah-kisah mukjizat yang biasanya mempunyai pola tertentu. Seseorang memohon berkat tertentu kepada Allah, misalnya mohon kesembuhan atau mohon hujan. Lalu diceritakan bahwa doanya didengarkan oleh Allah dan terjadilah mukjizat seperti yang dimohon. Kisah seperti ini berbeda dengan kisah-kisah mukjizat Yesus yang terdapat dalam Injil. Apa yang dibuat oleh Yesus adalah sesuatu yang unik, yang tidak ada bandingannya dengan tokoh lain.
Selain itu, kisah mukjizat Yesus tergolong kisah yang jauh lebih tua daripada kisah-kisah senada yang lain, sehingga tidak mungkin bahwa kisah mukjizat Yesus itu merupakan imitasi atau plagiat dari kisah-kisah lainnya.
4.2.4. Kisah mukjizat Yesus tidak dibuat-buat.
Dalam kisah mukjizat pengusiran setan (Mat 12:22-30), setelah Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan, banyak orang takjub dan berkomentar, “Ia ini agaknya Anak Daud” (ay.23). Tetapi, orang Farisi yang mendengarnya berkata, “Demi Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan” (ay.24). Kisah penyembuhan yang dibuat Yesus ternyata membuat Dia dituduh bersekutu dengan setan. Ini tentu sebuah tuduhan yang memalukan. Karena itu, bisa disimpulkan bahwa kisah itu memang historis; memang demikian halnya. Kalau tidak, untuk apa menciptakan sebuah kisah yang hanya memalukan Tuhan, yang menempatkan Dia dalam posisi sulit?
~ 16 ~
Demikianlah, empat kriteria yang bisa dipakai untuk menilai kisah-kisah mukjizat yang banyak terdapat dalam Injil. Berdasarkan kriteria tersebut, kita bisa mengatakan dengan cukup aman bahwa peristiwa yang digambarkan dalam kisah-kisah mukjizat tersebut memang mempunyai asal usul historis pada masa hidup dan karya Yesus sendiri. Dengan kata lain, selama hidupnya Yesus memang pernah membuat sesuatu yang dianggap sebuah mukjizat oleh diri-Nya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Bahkan, harus dikatakan bahwa dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain yang terdapat dalam Injil, seperti misalnya, sabda-sabda Yesus tertentu, historisitas kisah-kisah mukjizat ini justru mendapatkan dukungan paling kuat.
5. Memahami mukjizat dalam terang iman
Mukjizat itu berkaitan dengan iman. Sebab, hanya orang beriman yang dapat berkata, “Ini mukjizat! Allah campur tangan dan berkarya secara menakjubkan dalam perisitwa ini.” Orang yang tidak beriman, tidak akan mengatakan bahwa suatu peristiwa yang menakjubkan itu sebagai mukjizat. Peristiwa itu hanya kebetulan atau sesuatu yang tidak bisa diterangkan. Itu saja.
Bagi Yesus dan orang-orang sezaman-Nya, mukjizat adalah tanda. Mukjizat berbicara mengenai sesuatu dan mengenai seseorang.2 Maka, sangat penting mengubah pertanyaan mengenai mukjizat. Mungkin baik kalau diberikan contoh untuk membandingkan. Seorang guru ilmu hayat memberikan bunga kepada seorang murid. Pertanyaan yang muncul tentulah, “Apa ini?” Sementara itu, jika seorang pemuda memberikan bunga kepada seorang pemudi, pertanyaannya menjadi lain, “Apa maksudnya?” Dalam kasus pertama, yang diperhatikan ialah bunga sebagai suatu benda, sedangkan dalam kasus kedua lebih berhubungan dengan bunga sebagai tanda yang membawa pesan atau makna tertentu.
2 Suharyo, I., Pengantar Injil Sinoptik, Yogyakarta: Kanisius 1989, hlm. 136-137
~ 17 ~
Kalau mukjizat itu adalah tanda, apa yang mau ditandakan? Pernyataan ini hanya bisa dijawab secara umum. Untuk menjawab pertanyaan itu, sekali lagi kita kembali kepada rumusan yang pemah dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan mukjizat pengusiran setan yang baru saja dilakukan-Nya, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20). Apa artinya kalau dikatakan „Kerajaan Allah sudah datang‟? Secara sederhana bisa dikatakan bahwa Allah meraja berarti Allah hadir untuk melindungi manusia dari kuasa kejahatan sehingga hidup dan keselamatan manusia terjamin.
Kalau mukjizat adalah tanda, maka yang penting bukan peristiwanya tetapi makna atau pesan yang hendak disampaikan. Maka, seandainya peristiwa yang pada zaman penulis injil dianggap mukjizat ternyata bukan mukjizat, hal ini pun tidak perlu dirisaukan. Yang penting adalah pesan yang mau disampaikan lewat peristiwa-peristiwa mukjizat dapat sampai dan tetap berlaku bagi orang beriman.
Sebuah catatan kecil mungkin baik disampaikan di sini. Seringkali dikatakan bahwa orang modern tidak bisa percaya kepada mukjizat. Namun, sebuah survey di Amerika yang dibuat oleh George Gallup pada tahun 1989, menyatakan bahwa 82% orang Amerika percaya akan adanya mukjizat. Bagi mereka, bahkan sampai sekarang, masih diyakini bahwa mukjizat itu terjadi oleh kuasa Allah sendiri yang mengatasi kemampuan manusiawi. Selain itu, majalah Newsweek edisi 1 Mei 2000 juga menyampaikan hasil sebuah jajak pendapat yang menyatakan bahwa 84% orang Amerika dewasa percaya bahwa Allah mengadakan mukjizat, 48% dari antaranya mengaku pernah menyaksikan mukjizat itu.
Kalau demikian, rasanya memang masih benar apa yang dilantunkan banyak orang ...
Tak terbatas kuasa-Mu Tuhan, semua dapat Kau lakukan
apa yang kelihatan mustahil bagiku itu sangat mungkin bagimu
.... mukjizat itu nyata
~ 18 ~
PENDALAMAN KITAB SUCI (LECTIO DIVINA)
Selama BKSN, kita akan mengadakan 4 (empat) kali pertemuan dengan bahan yang berupa kisah mukjizat Yesus.
MINGGU
INJIL
MUKJIZAT
TEKS KS
KE-
TGL
I
2 – 8
Matius
Penyembuhan
Mat 9:1-8
II
9 – 15
Markus
Pengusiran roh jahat
Mrk 5:1-20
III
16 – 22
Lukas
Menghidupkan orang mati
Luk 7:11-17
IV
23 – 30
Yohanes
Mukjizat alam
Yoh 2:1-11
Kisah-kisah tersebut akan kita baca dengan teliti, kita renungkan dalam meditasi, kita jadikan sebagai bahan doa, dan akhirnya kita ambil pesannya untuk kita laksanakan dalam hidup sehari-hari. Metode pendalaman Kitab Suci ini dikenal dengan Lectio Divina.
Secara harafiah, lectio divina berarti bacaan ilahi atau bacaan rohani (lectio: bacaan; divina: ilahi). Bacaan ilahi/rohani ini terutama diperoleh dari Kitab Suci. Maka, lectio divina adalah cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci. Di samping itu, dengan berdoa sambil merenungkan Sabda-Nya, kita dapat semakin memahami dan meresapkan Sabda Tuhan dan misteri kasih Allah yang dinyatakan melalui Kristus Putera-Nya. Melalui Lectio divina, kita diajak untuk membaca, merenungkan, mendengarkan, dan akhirnya berdoa ataupun menyanyikan pujian berdasarkan sabda Tuhan. Penghayatan sabda Tuhan ini akan membawa kita kepada kesadaran akan kehadiran Allah yang membimbing kita dalam segala kegiatan kita sepanjang hari. Jika kita rajin dan tekun melaksanakannya, kita akan mengalami eratnya persahabatan kita dengan Allah.
Melalui lectio divina, kita menjalin komunikasi (dialog) dengan Tuhan. Tuhan bersabda dan kita mendengarkan lalu kita menyampaikan tanggapan terhadap Sabda Allah itu dengan berdoa. Kemudian, Sabda yang telah didengarkan itu, kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau mau digambarkan, skemannya kurang lebih demikian:
~ 19 ~
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
MELAKSANAKAN SABDA
KEHIDUPAN SEHARI-HARI:
4. CONTEMPLATIO
5. ACTIO
Ketika kita membaca Kitab Suci (Lectio), Allah bersabda dan kita mendengarkan lalu merenungkannya (Meditatio). Selanjutnya kita menyampaikan tanggapan dalam doa (Oratio). Sabda Allah yang kita dengarkan itu kita ingat (Contemplatio) dan kita laksanakan dalam kehidupan nyata (Actio). Melalui Lectio Divina, kita berusaha untuk berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah.
1. LECTIO
Langkah pertama dari Lectio Divina adalah Lectio. Kita membaca teks Kitab Suci dan mendengarkan Sabda Tuhan. Pertama-tama, teks dibaca, entah oleh pemandu/petugas atau bersama-sama atau bergantian (misalnya ayat per ayat). Sangat dianjurkan agar teks dibaca berulang-kali, minimal 3x. Kemudian, pemandu memberikan penjelasan singkat mengenai teks tersebut atau mengajak peserta berdiskusi untuk semakin memahami isi teks
2. MEDITATIO
Langkah selanjutnya adalah Meditatio. Kita merenungkan teks Kitab Suci untuk menemukan arti dan pesannya bagi kita. Para peserta diajak masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam untuk:
1) Membayangkan atau mengingat kembali peristiwa yang diceritakan dalam teks Kitab suci. Untuk membantu umat, pemandu atau petugas membacakan teks pelan-pelan; tiap ayat
KS: TUHAN BERSABDA
KITA MENDENGARKAN
MERENUNGKAN SABDA BERBICARA KPD TUHAN
KS: 1. LECTIO
2. MEDITATIO
DOA
3. ORATIO
~ 20 ~
atau kalimat berhenti sejenak agar umat dapat merenungkan dan meresapkan serta membayangkan peristiwanya.
2) Menemukan peristiwa atau kata atau kalimat yang mengesan. Mengapa mengesan? Apa pesannya untuk saya: mengingatkan, menegur, menguatkan, menghibur?
Kemudian para peserta diminta membuka mata lalu menuliskan peristiwa atau kata atau kalimat yang mengesan, mengapa mengesan, dan maknanya untuk saya: mengingatkan, menegur, menguatkan, atau menghibur. Setelah itu, peserta diberi kesempatan untuk sharing atau membagikan apa yang didapatkan dari renungan dengan membacakan atau menyampaikan apa yang telah ditulisnya.
3. ORATIO
Langkah selanjutnya adalah Oratio. Kita menyampaikan doa yang digerakkan dan diilhami oleh Sabda Tuhan. Doa ini merupakan tanggapan kita atas Sabda yang baru saja kita dengarkan, bisa berupa pujian, syukur, permohonan, dsb. Misalnya, bersyukur karena diteguhkan oleh Sabda Tuhan; digerakkan untuk membuat niat tertentu sehingga membuat doa permohonan agar niatnya diberkati Tuhan; diingatkan akan kekurangannya sehingga memohon ampun; dll. Sebaiknya, doa ditulis.
Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
4. CONTEMPLATIO in ACTIONE
Contemplatio merupakan sikap hidup di hadirat Allah. Kita menjalani kehidupan dengan menyadari bahwa Allah selalu menyertai kita sehingga kita berusaha melaksanakan kehendak-Nya. Sabda yang mengesan dan yang telah kita doakan itu selalu kita ingat dalam kehidupan kita sehingga bisa kita laksanakan (Actio).
Actio merupakan tindakan nyata untuk melaksanakan Sabda Allah yang telah didengarkan. Dengan demikian, kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci, kita ingat dan kita bawa serta kita laksanakan dalam kehidupan kita.
~ 21 ~
Catatan mengenai pelaksanaan BKSN di lingkungan:
1. Karena yang penting adalah bersama-sama membaca dan merenungkan teks-teks Kitab Suci, jumlah peserta yang ideal adalah yang memungkinkan semua peserta ikut terlibat (membaca, merenung, bertanya, atau berpendapat), yakni antara 5-10 orang. Maka, lingkungan yang “gemuk” sebaiknya dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-10 orang. Pelaksanaannya bisa pada hari yang sama dan dalam satu rumah yang sama tetapi tetap per kelompok. Bisa juga masing-masing kelompok menentukan sendiri waktu dan tempat pelaksanaannya.
2. Langkah-langkah pertemuan:
1) Usahakan agar peserta duduk melingkar;
2) Masing-masing peserta mengambil sikap doa yang nyaman;
3) Doa Pembuka untuk memohon rahmat Tuhan dan karunia Roh Kudus agar kita dapat membaca dan memahami Sabda Tuhan dengan pengertian yang benar;
4) Bacalah perikop Kitab Suci secara perlahan dan dengan seksama, sebaiknya diulangi sampai beberapa kali (minimal 3x). Cara membacanya bisa: oleh pemandu atau petugas yang ditunjuk atau bersama-sama atau bergantian ayat per ayat.
5) Penjelasan singkat mengenai teks yang baru saja dibaca untuk membantu pemahaman dan pengertian
6) Renungkan Sabda Tuhan. Ingatlah dan bayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam teks. Teks dibacakan kembali oleh pemandu atau petugas secara pelan-pelan; tiap ayat atau kalimat berhenti sejenak. Temukan peristiwa, kata atau kalimat yang mengesan. Mengapa mengesan? Apa pesannya untuk saya: mengingatkan, menegur, menguatkan, menghibur?
7) Sharing: tulislah hasil renungan itu, kemudian bagikan/ ceritakan kepada peserta yang lain.
8) Buatlah doa berdasarkan inspirasi/pesan dari Sabda Tuhan;
9) Ungkapkan doa yang sudah dibuat secara bergantian;
10) Tutuplah pertemuan dengan doa “Bapa Kami”. Boleh ditambah doa malam dan lagu penutup.
~ 22 ~
PERTEMUAN I
YESUS MENYEMBUHKAN ORANG LUMPUH
(Matius 9:1-8)
Nyanyian Pembuka (fakultatif)
Pembuka
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus, beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar Singkat
Pemandu menyampaikan pengantar singkat mengenai Teks yang akan dibaca dan direnungkan. Bisa juga ditambahkan Pernyataan Tobat, tetapi tidak harus.
Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa bersama-sama
U : Allah, Bapa kami, sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan kehidupan kami. Saat ini kami akan membaca dan merenungkan sabda-Mu. Bersabdalah, ya Tuhan, kami mendengarkan. Bukalah telinga kami supaya dapat mendengarkan sabda-Mu, penuhilah hati kami dengan firman-Mu. Bersihkanlah budi kami dari pikiran-pikiran yang mengacaukan dan sucikanlah hati kami dari keinginan yang menyesatkan. Semoga, kami dapat mendengarkan, mengerti, meresapkan, dan melaksanakan sabda-Mu sehingga hidup kami Kau perbarui. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
Lectio (Membaca) - Matius 9:1-8
Teks Kitab Suci dibaca: bisa oleh pemandu atau petugas yang dituntuk, bisa bersama-sama, bisa bergantian ayat per ayat. Sangat diharapkan agar teks dibaca berulang-ulang, minimal 3x supaya umat dapat meresapkan dan memahami sabda Tuhan.
1. Pada suatu ketika, naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.
~ 23 ~
2. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”
3. Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.”
4. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
5. Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
6. Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”
7. Dan orang itu pun bangun lalu pulang.
8. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Pemandu dapat menyampaikan penjelasan singkat:
Peristiwa ini terjadi di kota tempat tinggal Yesus, yakni Kapernaum, bukan Nazareth (ay.1). Sebab, setelah berkarya, “Ia meninggalkan Nazaret dan menetap di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali” (Mat 4:13). Waktu itu, Dia baru saja tiba dari Gadara (Mat 8:28).
Beberapa orang datang membawa seorang lumpuh di atas tempat tidurnya ke hadapan Yesus (ay.2). Mereka adalah orang-orang yang dengan tulus mau membantunya. Baik orang lumpuh itu maupun
~ 24 ~
yang mengusungnya yakin bahwa Yesus bisa menyembuhkan dia. Meski, mereka tidak meminta secara ekspilit agar Yesus menyembuh-kan, namun kedatangan mereka ke hadapan-Nya dengan menggotong seorang lumpuh di atas tempat tidur merupakan permohonan tak terucap agar Yesus menyembuhkannya. Tanpa bantuan orang-orang yang menggotongnya, si lumpuh tidak akan bisa sampai kepada Yesus dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa iman seseorang ternyata bisa membantu menyelamatkan orang lain.
Yesus melihat mereka dan tahu keinginan serta iman mereka, baik iman si lumpuh maupun yang menggotongnya (ay.2). Yesus tahu apa yang mereka inginkan, yakni kesembuhan. Namun, Yesus justru mengatakan sabda pengampunan, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (ay.2). Sabda pengampunan Yesus ini harus dimengerti berdasarkan pola pikir dan keyakinan masa itu yakni bahwa penderitaan, termasuk penyakit dan kelumpuhan, adalah akibat dosa. Maka, kalau Yesus mengampuni dosa si lumpuh, itu berarti Yesus langsung menyembuhkan pada akar persoalan yang menyebabkan penderitaan, yaitu dosa itu sendiri.
Di situ ada beberapa ahli Taurat yang menyaksikan peristiwa itu. Bagi mereka, tindakan pengampunan yang dilakukan Yesus merupakan penghujatan terhadap Allah karena menurut mereka hanya Allah yang bisa dan berhak mengampuni dosa (ay.3). Namun, mereka tidak berani mengutarakannya. Mereka hanya mbatin.
Yesus tahu pikiran mereka dan langsung menegur para Ahli Taurat, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?” (ay.4). Yesus juga menantang mereka: “Mana yang lebih mudah, mengatakan „Dosa-dosamu sudah diampuni‟ atau mengatakan „Bangunlah dan berjalanlah‟” (ay.5). Di satu sisi mengucapkan pengampunan itu tidak mudah karena hanya Allah yang bisa dan boleh; namun juga sangat mudah karena hasilnya tidak harus kelihatan. Di sisi lain, mengucapkan kata-kata penyembuhan jauh lebih sulit, karena buktinya harus segera kelihatan. Yesus memilih untuk mengatakan yang pertama, “Dosa-dosamu sudah diampuni.” Ia berkata demikian untuk menunjukkan bahwa Dia mempunyai kuasa dari Allah
untuk mengampuni dosa manusia (ay.6).
~ 25 ~
Kalaupun harus mengatakan hal yang kedua (Bangunlah dan berjalanlah), itu bukan masalah bagi Yesus. Karena itu, Ia pun kemudian berkata kepada si lumpuh, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (ay. 6). “Orang itu pun bangun lalu pulang” (ay. 7). Hasilnya jelas: mukjizat penyembuhan terjadi. Orang yang tadinya lumpuh dan “terbaring di tempat tidurnya” sekarang “bangun lalu pulang.”
Selain para ahli Taurat, di situ ada banyak orang lain pula. Mereka juga menyaksikan peristiwa itu (ay.8). Mereka “takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia” (ay. 8). Rasa „takut‟ di sini sebaiknya dipahami dalam arti positif, yakni perasaan takut yang juga didasari atau diwarnai rasa kasih terhadap Allah (wedi asih). Maka, mereka lalu memuliakan Allah.
Meditatio (Merenungkan)
Pemandu mengajak peserta untuk hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mengingat atau membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini. Bisa disampaikan tuntunan berikut ini:
1. Ingatlah dan bayangkan peristiwa yang terjadi, mulai dari Yesus turun dari perahu, didatangi orang yang menggotong orang lumpuh, dan seterusnya …. Sampai si lumpuh menjadi sembuh dan orang banyak memuliakan Allah.
Pemandu atau petugas dapat membantu dengan membacakan kembali teks secara pelan-pelan dan setiap selesai satu ayat atau satu kalimat berhenti sejenak. Bisa juga diiringi dengan musik instrumen rohani.
2. Bagian kisah mana atau kata-kata mana yang mengesan? Misalnya:
1) Orang-orang yang dengan penuh iman datang kepada Yesus sambil menggotong si lumpuh. Mereka percaya penuh bahwa Yesus bisa menyembuhkan.
2) Yesus yang melihat iman mereka dan berkata, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”
3) Yesus yang mengetahui pikiran negatif ahli-ahli Taurat, kemudian menegur dan menantang mereka.
~ 26 ~
4) Yesus yang bersabda kepada si lumpuh “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan, seketika itu si lumpuh sembuh: ia bangun lalu pulang.
5) Orang banyak yang memuliakan Allah.
3. Selanjutya, bagian kisah atau kata-kata yang mengesan itu diperdalam. Apa pesannya untuk saya? Misalnya:
1) Saya diingatkan bahwa imanlah yang menyelamatkan dan menjadikan segala sesuatu yang baik dapat terjadi. Maka, saya akan semakin beriman dan percaya kepada Tuhan.
2) Saya diingatkan untuk seperti orang-orang yang dengan sukarela menggotong si lumpuh datang kepada Tuhan. Maka, saya akan mengajak saudara-saudariku yang sedang lumpuh imannya untuk datang kepada Tuhan (dalam doa bersama, pendalaman iman, Misa, dll), supaya mereka pun mendapat pengampunan dan kesembuhan rohani.
3) Saya ditegur karena saya seringkali mengalami kelumpuhan iman. Malas datang kepada Tuhan: malas berdoa, malas membaca Kitab Suci, malas kegiatan lingkungan, malas ke Gereja/Misa. Maka, saya akan lebih tekun dan mohon kepada Tuhan supaya saya disembuhkan dari kelumpuhan ini.
4) Saya ditegur karena saya juga sering berpikiran negatif seperti para ahli Taurat. Maka, saya akan lebih berpikiran positif terhadap siapa saja.
5) Saya dikuatkan, diteguhkan dan dihibur karena Tuhan itu Maha Pengampun. Maka, saya akan semakin tekun meneliti batin, menyesali dosa-dosa saya dan mohon pengampunan-Nya. Saya juga akan mengampuni siapa pun yang bersalah kepada saya.
6) Saya diajak untuk selalu takut dan memuliakan Tuhan. Ajrih asih pada Tuhan, memuji dan memuliakan nama-Nya. Maka, saya akan semakin tekun berdoa, tidak hanya untuk memohon tetapi lebih-lebih untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan.
Keenam pesan di atas hanya contoh. Pilih saja salah satu yang paling mengena atau sangat mungkin peserta menemukan pesan tersendiri untuk dirinya sendiri.
4. Tulislah (bagi yang bisa nulis!) bagian kisah atau kata-kata mana yang mengesan itu, juga pesan atau inspirasi yang didapatkan!
~ 27 ~
5. Sharing: bagikan atau ceritakan hasil renungan Anda!
Usahakan agar semua sharing sehingga saling menguatkan dan meneguhkan.
Oratio (Berdoa)
Pemandu mengajak peserta untuk berdoa berdasarkan renungan atas Sabda Tuhan. Kiranya baik, kalau peserta diminta membuat dan menulis doanya terlebih dahulu kemudian membacakannya. Namun, bisa juga doanya langsung (spontan).
Isi doa, misanya:
1) Bersyukur karena diteguhkan;
2) Mohon ampun dan bersyukur karena ditegur dan diingatkan;
3) Mohon berkat untuk niat yang akan dilaksanakan;
Setelah semua menyampaikan doanya, didoakan “Bapa Kami” bersama-sama.
Contemplatio in Actione
Pesan dan inspirasi yang didapatkan dari merenungkan Sabda Tuhan dingat dan dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Maka, peserta diminta untuk merumuskan niat konkret yang akan dibuat berdasarkan pesan dan inspirasi dari sabda Tuhan.
Niat saya adalah ………………….
Berkat
Supaya kita diberi kekuatan dalam mengingat dan melaksanakan Sabda Tuhan, khususnya dalam melaksanakan niat kita, maka kita mohon berkat Tuhan. Boleh juga, sebelumnya didoakan doa penutup atau doa malam, baru kemudian berkat.
P : Semoga, kita semua dan niat-niat kita untuk melaksanakan Sabda Tuhan, senantiasa dibimbing, dilindungi dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin
Nyanyian Penutup (fakultatif)
~ 28 ~
Catatan:
1. Bagian kisah/peristiwa dan kata-kata/kalimat yang mengesan:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Pesan/inspirasi yang saya dapatkan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Doa saya
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Niat saya:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
~ 29 ~
PERTEMUAN II
YESUS MENGUSIR ROH JAHAT DI GERASA
(Markus 5:1-20)
Nyanyian Pembuka (fakultatif)
Pembuka
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus, beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar Singkat
Pemandu menyampaikan pengantar singkat mengenai Teks yang akan dibaca dan direnungkan. Bisa juga ditambahkan Pernyataan Tobat, tetapi tidak harus.
Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa bersama-sama
U : Allah, Bapa kami, sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan kehidupan kami. Saat ini kami akan membaca dan merenungkan sabda-Mu. Bersabdalah, ya Tuhan, kami mendengarkan. Bukalah telinga kami supaya dapat mendengarkan sabda-Mu, penuhilah hati kami dengan firman-Mu. Bersihkanlah budi kami dari pikiran-pikiran yang mengacaukan dan sucikanlah hati kami dari keinginan yang menyesatkan. Semoga, kami dapat mendengarkan, mengerti, meresapkan, dan melaksanakan sabda-Mu sehingga hidup kami Kau perbarui. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
Lectio (Membaca) - Markus 5:1-20
Teks Kitab Suci dibaca: bisa oleh pemandu atau petugas yang dituntuk, bisa bersama-sama, bisa bergantian ayat per ayat. Sangat diharapkan agar teks dibaca berulang-ulang, minimal 3x supaya umat dapat meresapkan dan memahami sabda Tuhan.
1. Pada waktu itu, Yesus dan para murid sampai di seberang danau, di daerah orang Gerasa.
~ 30 ~
2. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.
3. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai,
4. karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.
5. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
6. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,
7. dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!”
8. Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!”
9. Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.”
10. Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
11. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan,
12. lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!”
13. Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
14. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.
15. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.
16. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu.
~ 31 ~
17. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
18. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.
19. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!”
20. Orang itu pun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.
Pemandu dapat menyampaikan penjelasan singkat:
Peristiwa ini terjadi di Gerasa (ay.1), yakni wilayah di luar Israel, daerahnya orang non Yahudi. Sebab, di situ ada orang memelihara babi. Babi adalah binatang yang najis (Bil. 11:7-8; Ul. 14:8) sehingga tidak mungkin berada di wilayah orang Yahudi.
Kedatangan Yesus dan para murid-Nya di tempat ini disambut oleh seorang yang kerasukan roh jahat (ay.2). Roh jahat itu mempunyai kekuatan luar biasa, sehingga orang itu membahayakan (ay.3). Banyak orang takut padanya (ay.4). Tidak ada yang sanggup mengendali-kannya sehingga ia dibiarkan tinggal di pekuburan (ay.5).
~ 32 ~
Ketika melihat Yesus, roh jahat yang merasuki orang itu membawanya lari mendekati Yesus, lalu menyembah-Nya (ay.6) dan berkata “Apa urusanmu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi?” (ay. 7). Tetapi, Yesus menghardiknya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (ay.8). Ternyata roh yang merasuki orang itu banyak sehingga dia menyebut namanya Legion (ay.9). Satu legion setara dengan 6.000 serdadu. Roh jahat itu tahu siapa Yesus. Mereka mengakui bahwa Ia mengatasi kekuatan mereka yang luar biasa dan sanggup mengalahkan mereka. Maka, roh jahat itu meminta agar Yesus tidak menyiksa dan tidak mengusirnya dari tempat itu (ay.10).
Di dekat tempat itu ada banyak babi sedang mencari makan (ay.11). Roh-roh itu meminta kepada Yesus agar diperbolehkan pindah dari dalam tubuh orang itu ke dalam kawanan babi yang ada di situ (ay.12). Yesus mengabulkan permintaan itu, maka mereka merasuki babi-babi itu (ay. 13). Akibatnya, kawanan babi yang berjumlah sekitar 2.000 ekor itu terjun dari tebing curam ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya (ay.14). Setelah roh jahat itu pergi dari orang yang dirasukinya, maka orang itu menjadi waras (ay.15).
Para penjaga babi melaporkan peristiwa itu kepada penduduk Gerasa. Kemudian mereka mendesak supaya Yesus meninggalkan tempat itu (ay.17). Mengapa? Sebelumnya, Yesus dituduh mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan (Mrk 3:22). Maka, orang Gerasa berpikir bahwa Yesus mengusir roh-roh jahat itu dengan kekuatan Beelzebul pula. Mereka menganggap bahwa Yesus memiliki kuasa roh jahat yang lebih kuat dan lebih berbahaya daripada legion. Mereka menganggap Yesus itu lebih berbahaya dan menakutkan (ay.15).
Ketika Yesus bersiap-siap untuk pergi meninggalkan tempat itu, orang yang tadinya kerasukan setan meminta agar diperbolehkan menyertai-Nya (ay.18). Namun, tidak diizinkan. Orang itu justru diutus untuk mewartakan pada orang-orang kampungnya “segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (ay. 19). Pewartaannya jelas: bukan setan atau penghulu setan yang telah membebaskannya dari roh jahat melainkan Tuhan. Allah hadir di tempat itu dan mengalahkan kekuasaan setan. Melalui tugas itu Yesus mengajak dia untuk mengambil bagian dalam
~ 33 ~
tugas-Nya sendiri, yakni mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Orang itu pun memberitakan segala yang dilakukan Yesus di daerah Dekapolis dan orang-orang yang mendengarkannya heran akan perkataannya (ay.20).
Meditatio (Merenungkan)
Pemandu mengajak peserta untuk hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mengingat atau membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini. Bisa disampaikan tuntunan berikut ini:
1. Ingatlah dan bayangkan peristiwa yang terjadi, mulai dari ketika Yesus bersama para murid sampai di seberang danau. Mereka turun dari perahu, kemudian didatangi seorang yang kerasukan roh jahat dari arah pekuburan, dst., ….. sampai ketika Yesus mengutus orang yang tadinya kerasukan untuk merwartakan kasih Tuhan yang dialaminya sehingga ia waras.
Pemandu atau petugas dapat membantu dengan membacakan kembali teks secara pelan-pelan dan setiap selesai satu ayat atau satu kalimat berhenti sejenak. Bisa juga diiringi dengan musik instrumen rohani.
2. Bagian kisah mana atau kata-kata mana yang mengesan? Misalnya:
1) Betapa dahyatnya kekuatan roh jahat yang merasuki orang tersebut. Roh jahat itu membahayakan dan merusak baik orang yang dirasuki maupun orang-orang lain
2) Roh jahat ternyata mengenal Yesus dan mau datang kepada-Nya, bahkan juga menyembah-Nya. Namun, ia (mereka) tidak percaya, tidak mau mengimani dan mengikuti Yesus.
3) Betapa pun besarnya kekuatan roh jahat, Tuhan lebih kuat dan lebih berkuasa mengatasi segala-galanya. Yesus berkuasa mengusir dan membinasakan roh jahat. Maka, Roh jahat itu takut pada Tuhan Yesus.
4) Yesus tidak membinasakan roh jahat itu tetapi memindahkan mereka pada kawanan babi yang ada di situ sehingga babi-babi itu terjun ke jurang dan mati lemas di dalamnya. Bagi Yesus, keselamatan 1 (satu) orang lebih penting dan lebih berharga daripada 2.000 ekor babi (harga seekor babi ± 3.000.000, maka 2.000 babi berarti Rp. 6.000.000.000,-).
~ 34 ~
5) Orang yang tadinya kerasukan dan disembuhkan oleh Yesus ingin mengikuti-Nya tetapi diperkenankan oleh Yesus. Yesus memberikan tugas perutusan tersendiri baginya, yakni untuk bersaksi tentang kasih Tuhan yang dialaminya. Orang itu pun melaksanakan tugas perutusan itu dengan baik.
3. Selanjutya, bagian kisah atau kata-kata yang mengesan itu diperdalam. Apa pesannya untuk saya? Misalnya:
1) Saya disadarkan akan betapa besarnya kekuatan roh jahat. Sekali saya membiarkan diri dirasukinya, maka roh jahat itu akan terus menguasai saya. Kalau saya sampai kerasukan roh jahat, saya akan membahayakan diri saya sendiri dan orang lain. Maka, saya akan lebih berhati-hati.
2) Saya diteguhkan, meskipun kekuatan roh jahat itu luar biasa serta membahayakan, namun Tuhan lebih berkuasa dan lebih kuat mengatasi segala-galanya. Maka, saya akan selalu bersama Tuhan, supaya senantiasa diberi kemenangan dalam melawan roh jahat, supaya dapat mengusir roh jahat yang menggoda saya.
3) Saya sungguh diteguhkan karena sangat berharga di mata Tuhan lebih dari segala sesuatu. Bahkan, demi keselamatanku, Tuhan tidak hanya merelakan 2.000 babi (Rp. 6.000.000.000), tetapi tubuh-Nya sendiri dikurbankan.
4) Saya disadarkan kalau Tuhan menghendaki dan mengutus saya untuk memberitahukan (bersaksi dan mewartakan) bahwa Tuhan mengasihi saya dan semua orang. Maka, saya akan selalu menyadari bahwa Tuhan mengasihiku dan akan mewartakannya, baik melalui perkataan maupun tindakan. Saya akan menghadirkan kasih Tuhan bagi sesama.
Keempat pesan di atas hanya sekedar contoh. Pilih saja salah satu yang paling mengena atau sangat mungkin peserta menemukan pesan tersendiri untuk dirinya sendiri.
4. Tulislah (bagi yang bisa nulis!) bagian kisah atau kata-kata mana yang mengesan itu, juga pesan atau inspirasi yang didapatkan!
5. Sharing: bagikan atau ceritakan hasil renungan Anda!
Usahakan agar semua sharing sehingga saling menguatkan dan meneguhkan.
~ 35 ~
Oratio (Berdoa)
Pemandu mengajak peserta untuk berdoa berdasarkan renungan atas Sabda Tuhan. Kiranya baik, kalau peserta diminta membuat dan menulis doanya terlebih kemudian membacakannya. Namun, bisa juga doanya langsung (spontan).
Isi doa, misanya:
1) Bersyukur karena diteguhkan;
2) Mohon ampun dan bersyukur karena ditegur dan diingatkan;
3) Mohon berkat untuk niat yang akan dilaksanakan;
Setelah semua menyampaikan doanya, didoakan “Bapa Kami” secara bersama-sama.
Contemplatio in Actione
Pesan dan inspirasi yang didapatkan dari merenungkan Sabda Tuhan dingat dan dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Maka, peserta diminta untuk merumuskan niat konkret yang akan dibuat berdasarkan pesan dan inspirasi dari sabda Tuhan.
Niat saya adalah ………………….
Berkat
Supaya kita diberi kekuatan dalam mengingat dan melaksanakan Sabda Tuhan, khususnya dalam melaksanakan niat kita, maka kita mohon berkat Tuhan. Boleh juga, sebelumnya didoakan doa penutup atau doa malam, baru kemudian berkat.
P : Semoga, kita semua dan niat-niat kita untuk melaksanakan Sabda Tuhan, senantiasa dibimbing, dilindungi dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin
Nyanyian Penutup (fakultatif)
~ 36 ~
Catatan:
1. Bagian kisah/peristiwa dan kata-kata/kalimat yang mengesan:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Pesan/inspirasi yang saya dapatkan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Doa saya
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Niat saya:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
~ 37 ~
PERTEMUAN III
YESUS MEMBANGKITKAN ANAK MUDA DI NAIN
(Lukas 7:11-17)
Nyanyian Pembuka (fakultatif)
Pembuka
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus, beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar Singkat
Pemandu menyampaikan pengantar singkat mengenai Teks yang akan dibaca dan direnungkan. Bisa juga ditambahkan Pernyataan Tobat, tetapi tidak harus.
Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa bersama-sama
U : Allah, Bapa kami, sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan kehidupan kami. Saat ini kami akan membaca dan merenungkan sabda-Mu. Bersabdalah, ya Tuhan, kami mendengarkan. Bukalah telinga kami supaya dapat mendengarkan sabda-Mu, penuhilah hati kami dengan firman-Mu. Bersihkanlah budi kami dari pikiran-pikiran yang mengacaukan dan sucikanlah hati kami dari keinginan yang menyesatkan. Semoga, kami dapat mendengarkan, mengerti, meresapkan, dan melaksanakan sabda-Mu sehingga hidup kami Kau perbarui. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
Lectio (Membaca) - Lukas 7:11-17
Teks Kitab Suci dibaca: bisa oleh pemandu atau petugas yang dituntuk, bisa bersama-sama, bisa bergantian ayat per ayat. Sangat diharapkan agar teks dibaca berulang-ulang, minimal 3x supaya umat dapat meresapkan dan memahami sabda Tuhan.
~ 38 ~
11. Pada suatu ketika, Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
12. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
13. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
14. Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
15. Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
16. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
17. Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Pemandu dapat menyampaikan penjelasan singkat:
Peristiwa ini terjadi di Nain, sebuah kota kecil yang jaraknya kira-kira 25 mil (40,25 km) dari Kapernaum atau 12 km dari Nazareth.
~ 39 ~
Yesus pergi ke kota itu diikuti murid-murid-Nya dan orang banyak (ay.11). Ketika sampai di dekat pintu gerbang kota, mereka berjumpa dengan rombongan lain yang keluar dari pintu gerbang kota. Rombongan ini mengusung mayat seorang pemuda, anak tunggal seorang janda. Mereka hendak ke makam dan memakamkan pemuda tersebut. Bagi orang Yahudi, mayat itu najis (Bil 5:2; 6:6-7) sehingga di wilayah Yahudi, tidak boleh ada makam dan penguburan. Maka, mayat anak muda tersebut diusung keluar untuk dikuburkan di luar tembok kota, hanya beberapa jam setelah meninggal.
Banyak orang menyertai janda itu (ay.12). Janda itu mengalami suasana yang sangat menyedihkan, bukan hanya karena ditinggal anak tunggalnya untuk selama-lamanya tetapi lebih-lebih karena kematian anaknya itu membuat dia berada pada posisi lemah. Kalau anaknya masih hidup, ia bisa menggantungkan diri sepenuhnya kepada anaknya. Anaknya akan bertanggungjawab atas hidup ibunya. Namun, ketika anak tunggalnya meninggal, segala-galanya habislah sudah! Sebagai janda, ia berada dalam posisi lemah dalam masyarakat; dia termasuk kelompok keci1, lemah, miskin, dan tersingkir.
Ketika Yesus melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan (ay.13). Yesus adalah Tuhan yang amat tersentuh oleh persoalan manusiawi dan terlibat di dalamnya. Maka, ketika melihat seorang janda sedang kesusahan, Yesus menyampaikan penghiburan, „„Jangan menangis!” (ay.13). Kata-kata yang disampaikan Yesus ini bukanlah omong kosong belaka karena yang mengucapkan adalah Tuhan yang berkuasa atas kehidupan dan kematian.
Yesus mendekati usungan itu. Ketika para pengusung berhenti, Ia menyentuh dan membangkitkan orang muda itu, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ay. 14). “Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya” (ay.15). Yesus mengambil risiko untuk dianggap najis karena menyentuh mayat. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: bukan mayat itu yang menajiskan diri-Nya, tetapi kuasa Yesus membangkitkan pemuda itu. Pemuda yang telah menjadi mayat yang najis dan menajiskan, setelah disentuh oleh Yesus menjadi hidup kembali. Hal ini berarti ia tidak lagi najis karena bukan lagi mayat.
~ 40 ~
Selain itu, tindakan Yesus ini menjadikan persoalan yang sedang dihadapi si Janda praktis sudah teratasi. Situasi gelap dan putus asa yang melingkupi janda dari Nain ini sirna karena putra satu-satunya yang sudah mati, hidup kembali.
Melihat peristiwa menakjubkan ini, “Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata, „Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,‟ dan „Allah telah datang untuk menyelamatkan umat-Nya.‟” (ay.16). Rasa „takut‟ ini merupakan perasaan antara takut-segan dan terpesona. Ini tentu suatu sikap yang wajar disampaikan kepada Allah sendiri, karena Dia datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Dalam peristiwa ini, Allah bertindak melalui seorang utusan-Nya, yang disebut sebagai seorang „nabi besar.‟ Yesus adalah nabi besar yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu. Ia hadir untuk menggenapi apa yang sudah diramalkan para nabi terdahulu. Tindakan Yesus yang membangkitkan orang mati ini merupakan penggenapan atas nubuat Yesaya (Yes 61:1)
Peristiwa tentang Yesus yang membangkitkan orang mati ini akhirnya tersebar, tidak hanya di Yudea tetapi ke seluruh daerah sekitarnya. Sekali lagi ini menggemakan nubuat nabi Yesaya, “seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama” (Yes. 40:5), yang dikutip oleh Yohanes Pembaptis pada awal karya pewartaannya (Luk 3:6).
Meditatio (Merenungkan)
Pemandu mengajak peserta untuk hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mengingat atau membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini. Bisa disampaikan tuntunan berikut ini:
1. Ingatlah dan bayangkan peristiwa yang terjadi, mulai dari ketika Yesus bersama para murid dan orang banyak yang mengikuti-Nya, berjumpa dengan rombangan pelayat dan pengusung jenazah, …. sampai akhirnya Yesus membangkitkan pemuda yang sudah mati dan tanggapan orang banyak yang kemudian memuliakan Allah.
Pemandu atau petugas dapat membantu dengan membacakan kembali teks secara pelan-pelan dan setiap selesai satu ayat atau satu kalimat berhenti sejenak. Bisa juga diiringi dengan musik instrumen rohani.
~ 41 ~
2. Bagian kisah mana atau kata-kata mana yang mengesan? Misalnya:
1) Betapa sedih dan hancurnya perasaan si janda yang ditinggal mati anak lelaki satu-satunya yang sudah menjadi seorang pemuda. Suaminya telah meninggal sebelumnya.
2) Orang banyak yang melayat dan membantu si janda. Betapa mereka sangat solider dan tergerak hatinya untuk membantu si janda yang sedang mengalami kesusahan.
3) Tindakan Yesus yang tergerak oleh belaskasihan. Ia mendekati janda itu dan memberikan kata-kata penghiburan, “Jangan menangis!” Selanjutnya, Ia menyentuh janazah anak muda dan membangkitkannya.
4) Yesus tidak takut najis karena menyentuh mayat. Sebab, justru kuasa dan kekudusan-Nya dapat menjadikan seseorang yang najis menjadi tidak najis. Buktinya, Ia menjadikan mayat yang najis menjadi hidup kembali sehingga tidak lagi najis.
5) Yesus yang hati-Nya tergerak oleh belas kasih. Kasih-Nya itu menghadirkan penghiburan, penyelamatan, dan solusi atas permasalahan yang dihadapi si janda.
6) Orang banyak yang takjub menyaksikan mukjizat yang dibuat Yesus kemudian memuliakan Allah. Mereka mampu melihat bahwa dalam diri Yesus, Allah hadir dan menyelamatkan.
3. Selanjutnya, bagian kisah atau kata-kata yang mengesan itu diperdalam. Apa pesannya untuk saya? Misalnya:
1) Saya terkesan dengan orang banyak yang membantu si janda itu. Maka, saya juga akan belajar solider, misalnya dengan hadir untuk membantu saudara dan tetangga yang sedang berkesusahan, melayat, mendoakan arwah, dll.
2) Saya kagum dengan Yesus yang hati-Nya selalu tergerak oleh belas kasih. Maka, saya juga diteguhkan bahwa Yesus pun senantiasa berbelas kasih kepada saya. Saya juga akan belajar dari Yesus untuk berbelas kasih terhadap sesama: menolong yang membutuhkan, menghibur yang sedang sedih, menemani yang sedang mempunyai masalah, dll.
3) Saya salut dengan orang banyak yang memuliakan Allah. saya pun akan seperti mereka, memuliakan Allah baik dalam kata maupun karya.
~ 42 ~
Ketiga pesan di atas hanya sekedar contoh. Pilih saja salah satu yang paling mengena atau sangat mungkin peserta menemukan pesan tersendiri untuk dirinya sendiri.
4. Tulislah (bagi yang bisa nulis!) bagian kisah atau kata-kata mana yang mengesan itu, juga pesan atau inspirasi yang didapatkan!
5. Sharing: bagikan atau ceritakan hasil renungan Anda!
Usahakan agar semua sharing sehingga saling menguatkan dan meneguhkan.
Oratio (Berdoa)
Pemandu mengajak peserta untuk berdoa berdasarkan renungan atas Sabda Tuhan. Kiranya baik, kalau peserta diminta membuat dan menulis doanya terlebih kemudian membacakannya. Namun, bisa juga doanya langsung (spontan).
Isi doa, misanya:
1) Bersyukur karena diteguhkan;
2) Mohon ampun dan bersyukur karena ditegur dan diingatkan;
3) Mohon berkat untuk niat yang akan dilaksanakan;
Setelah semua menyampaikan doanya, didoakan “Bapa Kami” secara bersama-sama.
Contemplatio in Actione
Pesan dan inspirasi yang didapatkan dari merenungkan Sabda Tuhan dingat dan dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Maka, peserta diminta untuk merumuskan niat konkret yang akan dibuat berdasarkan pesan dan inspirasi dari sabda Tuhan.
Niat saya adalah ………………….
Berkat
Supaya kita diberi kekuatan dalam mengingat dan melaksanakan Sabda Tuhan, khususnya dalam melaksanakan niat kita, maka kita mohon berkat Tuhan. Boleh juga, sebelumnya didoakan doa penutup atau doa malam, baru kemudian berkat.
P : Semoga, kita semua dan niat-niat kita untuk melaksanakan Sabda Tuhan, senantiasa dibimbing, dilindungi dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin
Nyanyian Penutup (fakultatif)
~ 43 ~
Catatan:
1. Bagian kisah/peristiwa dan kata-kata/kalimat yang mengesan:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Pesan/inspirasi yang saya dapatkan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Doa saya
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Niat saya:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
~ 44 ~
PERTEMUAN IV
YESUS MENGUBAH AIR MENJADI ANGGUR
(Yohanes 2:1-11)
Nyanyian Pembuka (fakultatif)
Pembuka
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus, beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar Singkat
Pemandu menyampaikan pengantar singkat mengenai Teks yang akan dibaca dan direnungkan. Bisa juga ditambahkan Pernyataan Tobat, tetapi tidak harus.
Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa bersama-sama
U : Allah, Bapa kami, sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan kehidupan kami. Saat ini kami akan membaca dan merenungkan sabda-Mu. Bersabdalah, ya Tuhan, kami mendengarkan. Bukalah telinga kami supaya dapat mendengarkan sabda-Mu, penuhilah hati kami dengan firman-Mu. Bersihkanlah budi kami dari pikiran-pikiran yang mengacaukan dan sucikanlah hati kami dari keinginan yang menyesatkan. Semoga, kami dapat mendengarkan, mengerti, meresapkan, dan melaksanakan sabda-Mu sehingga hidup kami Kau perbarui. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
Lectio (Membaca) - Yohanes 2:1-11
Teks Kitab Suci dibaca: bisa oleh pemandu atau petugas yang dituntuk, bisa bersama-sama, bisa bergantian ayat per ayat. Sangat diharapkan agar teks dibaca berulang-ulang, minimal 3x supaya umat dapat meresapkan dan memahami sabda Tuhan.
1. Pada suatu hari, ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
~ 45 ~
2. Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
3. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”
4. Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
5. Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
6. Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
7. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun mengisinya sampai penuh.
8. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya.
9. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki,
10. dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
11. Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
Pemandu dapat menyampaikan penjelasan singkat:
Peristiwa ini terjadi di Kana yang di Gelilea. Pada waktu itu, Yesus sudah meninggalkan Nazaret dan menetap di Kapernaum. “Ia meninggalkan Nazaret dan menetap di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali” (Mat 4:13). Mengingat bahwa Ibu Yesus ada di sana (ay.1), sementara Yesus juga diundang ke pesta itu (ay.2), tampaknya yang empunya pesta mempunyai hubungan erat dengan keluarga Yesus. Begitu eratnya sehingga Yesus, yang waktu itu tidak berada di rumah, merasa perlu untuk datang ke perkawinan tersebut.
~ 46 ~
Dalam Injil Yohanes, Bunda Yesus memang tidak pernah disebut dengan namanya. Ia selalu disebut dengan „Ibu Yesus‟ (Yoh 2:1.3.5.12; 19:25). Cara penyebutan ini merupakan sebuah kebiasaan di kalangan orang Timur Tengah yang menjadi gelar penghormatan untuk memuji seorang ibu yang memiliki anak.
Pesta itu berlangsung sangat meriah dan para tamu yang hadir lebih banyak daripada yang diharapkan sehingga tuan rumah kehabisan anggur. Artinya, keluarga yang punya hajat ini kemungkinan keluarga terpandang dan mempunyai banyak relasi sehingga tamunya banyak. Meski Yesus memprioritaskan misinya untuk orang-orang miskin dan kecil, namun Yesus tidak anti orang yang besar dan kaya.
Dalam pesta seperti itu tuan rumah pertama-tama menyajikan anggur yang baik. Kalau anggur yang baik sudah habis, baru disajikan anggur yang kurang baik. Masalah terjadi ketika anggur habis. Jangankan anggur yang baik, yang kurang baik pun tidak ada lagi. Terjadilah kepanikan besar di tengah pesta itu karena tidak ada lagi anggur yang dapat disajikan sementara masih banyak tamu yang hadir. Apalagi, waktu sudah malam sehingga orang tidak dapat lagi membeli anggur. Tuan rumah dan penyelenggara pesta bisa dilanda rasa malu karena dapat dituduh mengundang orang untuk datang ke pesta, tetapi tidak menjamunya.
~ 47 ~
Menurut tradisi Yahudi, hari perkawinan dan lamanya pesta berbeda-beda, sesuai dengan siapa yang menikah. Jika mempelai wanita adalah seorang gadis, perkawinan diadakan pada hari Rabu dan pesta perkawinan berlangsung selama tujuh hari (Kej. 29:27; Hak 14:12). Jika mempelai wanita adalah seorang janda, perkawinan diadakan pada hari Kamis dan pesta berlangsung selama 3 hari. Jika penikahan itu antara janda dan duda, pesta hanya berlangsung sehari. Kita tidak tahu persis kapan keluarga yang punya hajat ini kekurangan anggur dan berapa lama pesta diadakan. Yang jelas, anggur sebagai hidangan utama habis, padahal pesta belum selesai.
Melihat situasi ini, Maria mendatangi Yesus dan memberitahu, “Mereka kehabisan anggur” (ay.3). Yesus memang belum pernah melakukan mukjizat sebelumnya, namun Maria sungguh mengenal Yesus. Ia mengetahui bahwa Yesus dapat melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Maka, ketika Yesus menjawab, “Mau apa engkau daripada-Ku lbu? Saatku belum tiba!” (ay.4), Maria tetap tenang. Ia tidak menghiraukan keberatan Yesus. Ia langsung menemui para pelayan dan meminta mereka untuk melakukan apa pun yang diperintahkan oleh Yesus (ay.5).
Walaupun tampaknya keberatan, Yesus memenuhi permintaan ibu-Nya. Ia menyuruh para pelayan mengisi tempayan yang biasa dipakai untuk membasuh kaki para tamu dengan air. “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air” (ay.6-7). Setiap tempayan itu dapat diisi dengan 80-120 liter air. Kemudian Yesus meminta pelayan mencedok air itu dan memberikannya kepada pemimpin pesta. Air yang biasa digunakan untuk membasuh kaki itu telah berubah menjadi anggur yang terbaik (ay.8-9). Tempayan yang tadinya merupakan tempat air sebagai sarana penyucian menurut adat Yahudi, kini diubah menjadi tempat untuk anggur.
Ketika pemimpin pesta itu mencicipi air yang te1ah menjadi anggur, ia bingung bagaimana mungkin tiba-tiba ada anggur terbaik. Ia pun memanggil mempe1ai laki-laki lalu berkata kepadanya, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang” (ay.9-10).
~ 48 ~
Untung, mereka mengundang Bunda Maria dan lebih-lebih Yesus sehingga masalah teratasi dengan baik. Sekarang, tuan rumah dapat menjamu para tamu yang masih berdatangan dan mereka pun, terutama mempelai itu, terhindar dari rasa malu.
Kisah ditutup dengan ay. 11 yang berbunyi “Hal itu dilakukan Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.” Para pelayan, para murid Yesus dan kita sebagai pembaca menjadi saksi mukjizat yang dibuat Yesus.
Meditatio (Merenungkan)
Pemandu mengajak peserta untuk hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mengingat atau membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini. Bisa disampaikan tuntunan berikut ini:
1. Ingatlah dan bayangkan peristiwa yang terjadi, suasana dalam perkawinan, para tamu berdatangan termasuk Yesus dan para murid. Betapa bahagianya kedua mempelai dan keluarga mereka. Para pelayan menghidangkan jamuan dan para tamu menikmati dengan sukacita. Tiba-tiba, anggur habis. Tuan rumah bingung bukan kepalang. Bunda Maria menangkap apa yang terjadi kemudian mendekati Yesus, dan seterusnya …. Sampai akhirnya mereka kembali bersukacita karena tiba-tiba ada persediaan anggur terbaik yang melimpah.
Pemandu atau petugas dapat membantu dengan membacakan kembali teks secara pelan-pelan dan setiap selesai satu ayat atau satu kalimat berhenti sejenak. Bisa juga diiringi dengan musik instrumen rohani.
2. Bagian kisah mana atau kata-kata mana yang mengesan? Misalnya:
1) Keluarga yang mengadakan pesta dan mengundang Yesus serta Bunda Maria. Untung mereka mengundang Yesus dan Bunda Maria sehingga ketika muncul masalah, dapat teratasi dengan baik.
2) Bunda Maria sangat peka terhadap persoalan yang terjadi. Tanpa ragu, ia juga memohon agar Yesus, puteranya, berbuat sesuatu untuk menolong mereka.
~ 49 ~
3) Para pelayan manut, tanpa banyak tanya melakukan apa yang diperintahkan Bunda Maria dan Yesus.
4) Yesus berkenan hadir dalam pesta perwakinan memenuhi dan menghormati undangan tuan rumah. Meskipun mengatakan „saatnya belum tiba‟, akhirnya Yesus berbuat sesuatu. Kehadiran Yesus menjadikan masalah dapat teratasi dengan baik.
3. Selanjutya, bagian kisah atau kata-kata yang mengesan itu diperdalam. Apa pesannya untuk saya? Misalnya:
1) Saya terkesan dengan keluarga yang punya hajat. Mereka mengundang Yesus dan Bunda Maria. Saya juga akan selalu mengundang Yesus dan Bunda Maria dalam keluarga saya dan dalam kehidupan sehari-hari melalui doa-doa yang tekun.
2) Saya diingatkan untuk seperti Bunda Maria, yaitu menjadi orang yang peka terhadap orang lain, khususnya mereka yang sedang mengalami kesulitan. Kemudian seturut kemampuan, saya akan berusaha membantu mencari solusi.
3) Seringkali, saya merasa tidak tahu apa kehendak Tuhan. Namun, saya diingatkan untuk seperti para pelayan, yang kendati tidak tahu apa maksud Tuhan, tetap melaksanakan dengan taat, tanpa banyak tanya. Hasilnya pasti baik.
4) Saya terkesan dengan Yesus yang berkenan hadir memenuhi undangan keluarga yang punya hajat. Maka, iman saya sungguh diteguhkan: Yesus pun pasti juga berkenan untuk selalu hadir dalam hidup dan keluarga saya serta membantu saya menghadapi berbagai macam persoalan yang saya hadapi.
Keempat pesan di atas hanya sekedar contoh. Pilih saja salah satu yang paling mengena atau sangat mungkin peserta menemukan pesan tersendiri untuk dirinya sendiri.
4. Tulislah (bagi yang bisa nulis!) bagian kisah atau kata-kata mana yang mengesan itu, juga pesan atau inspirasi yang didapatkan!
5. Sharing: bagikan atau ceritakan hasil renungan Anda!
Usahakan agar semua sharing sehingga saling menguatkan dan meneguhkan.
~ 50 ~
Oratio (Berdoa)
Pemandu mengajak peserta untuk berdoa berdasarkan renungan atas Sabda Tuhan. Kiranya baik, kalau peserta diminta membuat dan menulis doanya terlebih kemudian membacakannya. Namun, bisa juga doanya langsung (spontan)
Isi doa, misanya:
1) Bersyukur karena diteguhkan;
2) Mohon ampun dan bersyukur karena ditegur dan diingatkan;
3) Mohon berkat untuk niat yang akan dilaksanakan;
Setelah semua menyampaikan doanya, didoakan “Bapa Kami” secara bersama-sama.
Contemplatio in Actione
Pesan dan inspirasi yang didapatkan dari merenungkan Sabda Tuhan dingat dan dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Maka, peserta diminta untuk merumuskan niat konkret yang akan dibuat berdasarkan pesan dan inspirasi dari sabda Tuhan.
Niat saya adalah ………………….
Berkat
Supaya kita diberi kekuatan dalam mengingat dan melaksanakan Sabda Tuhan, khususnya dalam melaksanakan niat kita, maka kita mohon berkat Tuhan. Boleh juga, sebelumnya didoakan doa penutup atau doa malam, baru kemudian berkat.
P : Semoga, kita semua dan niat-niat kita untuk melaksanakan Sabda Tuhan, senantiasa dibimbing, dilindungi dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin
Nyanyian Penutup (fakultatif)
~ 51 ~
Catatan:
1. Bagian kisah/peristiwa dan kata-kata/kalimat yang mengesan:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Pesan/inspirasi yang saya dapatkan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Doa saya
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Niat saya:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
~ 52 ~